![]()
Hal yang terpenting dalam pemanfaatan sumberdaya yang melimpah adalah dukungan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh suatu negara. Modal sumberdaya merupakan kunci pokok dari keberhasilan negara dalam mempertahankan kedaulatan pangannya. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari dua ratus juta jiwa, yang didukung dengan sumberdaya pertanian yang melimpah dibutuhkan pengelolaan dengan sumberdaya yang profesional sehingga ketahanan pangan nasional dapat terjaga karena apabila ketahanan pangan nasional terganggu, secara otomatis dapat menyebabkan terganggunya kedaulatan negara Indonesia.
Peranan sumber daya pertanian dan perkebunan di Indonesia mempunyai potensi yang sangat penting. Meskipun minat generasi muda terhadap sektor pertanian mulai berkurang, namun untuk menjaga ketahanan pangan nasional, mendorong bangsa dan negara untuk mengeksploitasi potensi sumberdaya manusia. Adanya bonus demografi Indonesia pada tahun 2020-2030 yaitu jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen merupakan salah satu faktor potensial yang harus dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Sedangkan sektor pertanian dan perkebunan juga merupakan sektor yang sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan nasional karena Indonesia merupakan negara yang masih sangat berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.![]()
Dengan realitas dan kondisi seperti di atas menginspirasi Fakultas Pertanian UNS menyelenggarakan seminar nasional dengan mengangkat tema “Peranan Sumber Daya Pertanian, Perkebunan dan Peternakan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional” Kamis, 30 Maret 2017 di Auditorium UNS. Seminar Nasional dikemas dalam rangkaian memperingati Dies Natalis ke-41 UNS dan Pra Lokakarya Nasional Forum Komunikasi Perguruan Tinggi (FKPTPI) Badan Kerjasama Wilayah Timur.
Hadir sebagai pembicara kunci adalah Menteri Pertanian RI, Dr. Ir. Amran Sulaiman dengan mengangkat tema “Kedaulatan Pangan Nasional”. Dalam kesempatan tersebut Menteri Amran Sulaiman menyampaikan beberapa langkah yang telah ditempuh oleh Kementerian Pertanian dalam upaya mencapai ketahanan pangan nasional dengan percepatan pembangunan pertanian modern menuju kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. Beberapa hal yang telah ditempuh antara lain dalam hal : regulasi, infrastruktur, produksi, hilirisasi dan investasi, tata niaga domestik, dan pengendalian impor.
Menteri Pertanian juga mengklaim telah mengimplementasi program terobosan dalam upaya menciptakan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani antara lain : pemenuhan alat mesin pertanian hingga 180.000 unit, membangun embung/long parit 3.771 unit, asuransi pertanian, benih unggul, rehabilitasi jaringan irigasi lebih dari 3 juta hektar.![]()
Seminar juga dihadiri pembicara utama dari unsur pemerintah dan praktisi yaitu : Denaldy M Mauna Dirut Perum Perhutani dengan mengangkat tema “Pengelolaan Hutan dengan Pola Agroforestri di Perum Perhutani”; Ir. Arif Budi Susilo, MM Direktur Pemberitaan Bisnis Indonesia dengan makalahnya “‘DE JA VU’ Pertanian Kita : Refleksi & Introspeksi”; Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS “Peran Perguruan Tinggi dalam Penyiapan SDM untuk Ketahanan Pangan Nasional”; serta dari Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.
Sementara Arif Budi Susilo Direktur Pemberitaan Bisnis Indonesia menyoroti sektor pertanian Indonesia dari sisi yang lain. “Sektor pertanian dipersepsikan tertinggal dibelakang karena Porsi kontribusi terhadap GDP semakin menurun (dari sekitar 60% menjadi tinggal 17%); Kian ditinggalkan oleh angkatan kerja muda, akibatnya sumberdaya manusia kurang kompetitif (aging workforce); Data misrepresent (gap lebar dlm identifikasi masalah dan solusi); Eksploitasi kapital yang intensif, persaingan bisnis pertanian yang Unfair bagi produsen (petani); Kurang terlihat terobosan dalam komunikasi publik, kerap menjadi ajang pertarungan hoax dan fake news (imbalance information); Ironis dan paradox : Kaya sumberdaya hayati dan konsumen (pasar), tetapi pertanian jalan di tempat, cenderung jadi komoditas politik”.
Ditambahkan Arif “Berdasarkan data dan fakta Media Bisnis Indonesia, sektor pertanian tidak menarik karena beberapa hal antara lain Penghasilan pekerja pertanian relatif rendah; Nilai Tukar Petani cenderung terus menurun termakan inflasi; Produsen pertanian (tradisional) relatif tidak mendapatkan benefit komersial lebih baik ketimbang intermediary business (makelar)”.
Untuk menjembatani hal tersebut, Arif menawarkan inovasi dan improvisasi antara lain : Perlu langkah terobosan (dan relevan) untuk menarik kembali tenaga muda ke sektor pertanian ; Memperkuat upaya sosialisasi dengan menekankan value dan relevansi; Pertanian terkait hajat hidup orang banyak, mudah dipolitisasi. Krn itu strategi meng-engage sumberdaya manusia agar lebih suportif kepada sektor pertanian mutlak perlu: concerted effort ; Keberpihakan kebijakan yang jelas: subsidi tepat sasaran, proteksi, land reform.
Terpisah Ketua Pelaksana Dies Natalis FP UNS, Dr.agr. Muhammad Cahyadi, S.Pt., M.Biotech mengungkapkan “Tujuan diselenggarakannya seminar nasional dengan tema Peranan Sumber Daya Pertanian, Perkebunan dan Peternakan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional adalah untuk menghimpun dan merumuskan masukan dari pemangku kebijakan, pakar, praktisi untuk direkomendasikan sebagai arahan dan strategi dalam meningkatkan peranan sumber daya pertanian dan perkebunan dalam mendukung ketahanan pangan nasional; mengkomunikasikan dan menyebarluaskan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian, telaah pustaka, dan praktik kegiatan pertanian dan perkebunan dalam mendukung ketahanan pangan nasional”.
“Sedangkan target kegiatan ini adalah terwujudnya rekomendasi sebagai arahan dan strategi dalam meningkatkan peranan sumber daya pertanian dan perkebunan dalam mendukung ketahanan pangan nasional; terwujudnya penyebarluasan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian, telaah pustaka, dan praktik kegiatan pertanian dan perkebunan dalam mendukung ketahanan pangan nasional” demikian ditambahkan oleh Doktor lulusan Chungnam University Korea.
![]()